Pengajaran dan pendidikan atau
dalam bahasa arabnya taalim dan tarbiah adalah dua perkara penting di dalam
membina manusia. Pengajaran dan pendidikan adalah dua perkara yang berbeda
tetapi banyak orang yang tidak faham tentang kedua perkara ini.
Pengajaran khusus ditujukan pada
akal. Oleh karena itu mudah dan straight forward. Sedangkan pendidikan adalah
pembinaan insan yang tidak saja melibatkan perkara fisik dan mental tetapi juga
hati dan nafsu karena sesungguhnya yang dididik adalah hati dan nafsu. Oleh
karena itu pendidikan lebih rumit dan susah. Kedua perkara ini harus kita
fahami benar dalam membina insan. Keduanya diperlukan dalam pembinaan pribadi
agar pandai berbakti pada Tuhan dan pada sesama manusia.
Pengajaran adalah proses belajar
atau proses menuntut ilmu. Ada dosen, guru, ustadz yang mengajar atau
menyampaikan ilmu kepada murid yang belajar. Hasilnya murid menjadi pandai, dan
berilmu pengetahuan (‘alim). Pendidikan adalah proses mendidik yang melibatkan
penerapan nilai-nilai. Di dalam pendidikan terdapat proses pemahaman,
penghayatan, penjiwaan, dan pengamalan. Ilmu yang telah diperoleh terutama ilmu
agama dicoba untuk difahami dan di hayati hingga tertanam dalam hati dan dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan menyangkut
tentang akhlak.
Pendidikan antara lain adalah
memperkenalkan Tuhan kepada manusia. Membersihkan hati insan dari sifat-sifat
keji (mazmumah) dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji (mahmudah).
Pendidikan juga adalah mengembalikan hati nurani manusia kepada keadaan fitrah
yang suci dan bersih. Nafsu perlu dikendalikan supaya tidak cenderung kepada
kejahatan dan maksiat tetapi cenderung kepada kebaikan dan ibadah.
Namun, kita tidak bisa mendidik
saja tanpa memberi ilmu, dan begitu juga sebaliknya, kita tidak bisa memberi
ilmu saja tanpa mendidik. Pengajaran tanpa pendidikan akan menghasilkan
masyarakat yang pandai tetapi rusak akhlaknya atau jahat. Masyarakat akan maju
di berbagai bidang dan kemewahan timbul dimana-mana tetapi akan timbul hasad
dengki dimana-mana karena jiwa tiap insannya tidak hidup. Manusia menjadi
individual, tidak berkasih sayang, dan kemanusiaan musnah. Manusia berubah
identitas. Fisiknya saja manusia tetapi perangainya seperti setan dan hewan.
Sebaliknya mendidik saja tanpa
memberi ilmu akan menghasilkan individu yang baik tetapi tidak berguna di
tengah masyarakat. Mendidik tanpa ilmu menyebabkan insan mempunyai jiwa yang
hidup tetapi tidak ada ilmu untuk dijadikan panduan.
Tetapi perlu dipahami bahwa tidak
semua orang mampu mendidik. Ada orang yang berilmu banyak tetapi tidak mampu
mendidik tetapi ada juga orang yang berilmu sedikit tetapi dapat mendidik.
Karena peranan pengajaran ilmu hanya sedikit saja sedangkan selebihnya adalah
peranan pendidikan.
Manusia menjadi jahat bukan karena
tidak tahu ilmu. Jumlah orang bodoh yang jahat hampir sama dengan jumlah orang
pandai yang jahat juga. Bahkan orang pandai yang jahat lebih jahat dari pada
orang bodoh yang jahat, karena orang yang pandai menggunakan kelebihan akal
atau ilmunya untuk kejahatan. Manusia menjadi jahat adalah karena proses
pendidikannya tidak tepat sehingga jiwanya tidak hidup.
Dalam mencari ilmu, seseorang bisa
belajar dari beberapa guru karena hanya ilmu yang kita pelajari. Tetapi, dalam
mendidik atau mencari pendidik, tidak bisa ada lebih dari seorang pendidik.
Pendidik yang sesungguhnya adalah pemimpin, model, sekaligus contoh untuk
diikuti. Kalau ada banyak pendidik maka ibarat seperti masakan yang dimasak
oleh beberapa koki. Dia akan jadi rusak. “ Too many cooks spoil the brook”.
Kemudian dilihat dari segi
ilmunya, tidak semua ilmu mempunyai nilai pendidikan. Ilmu agama khususnya ilmu
fardlu ‘ain seperti ilmu mengenal Tuhan memang untuk mendidik. Sedangkan
kebanyakan ilmu akademik seperti matematika, perdagangan, sejarah, ilmu alam
dan lain-lain tidak dapat untuk mendidik dan sekedar untuk mengajar saja.
Meskipun begitu, jika proses pendidikan berjalan dengan benar sehingga jiwa
Tauhid hadir pada diri seseorang maka ilmu-ilmu akademik akan menambah
keyakinannya dan akan menjadikannya semakin melihat betapa berkuasa dan Maha
Hebatnya Tuhan.. Sebaliknya, bagi pelajar-pelajar yang kosong jiwanya dari
mengenal Tuhan, ilmu-ilmu tersebut hanya akan melalaikan mereka karena mereka
tidak mampu mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan Tuhan.
Dalam suatu proses membangun dan
membina manusia, pengajaran dan pendidikan adalah perkara wajib. Namun
pendidikanlah yang lebih diutamakan karena jika pendidikan tidak diutamakan
maka akan terbangun masyarakat yang rusak dan merusakkan. Manusia akan menjadi
musuh kepada manusia yang lain dan kepada Tuhannya.Didiklah manusia lebih
dahulu sebelum mengajar mereka hingga pandai. Jadikan mereka berakhlak sebelum
menjadikan mereka berilmu. Kenalkan Tuhan lebih dahulu sebelum mengenalkan alam
semesta beserta ciptaanNya yang lain. Jadikan mereka sebagai hamba-hamba ALLAH
lebih dahulu sebelum menjadikan mereka sebagai khalifahNya.
Pengajaran dan pendidikan atau dalam bahasa arabnya
taalim dan tarbiah adalah dua perkara penting di dalam membina manusia.
Pengajaran dan pendidikan adalah dua perkara yang berbeda tetapi banyak orang
yang tidak faham tentang kedua perkara ini.
Pengajaran khusus ditujukan pada akal. Oleh karena
itu mudah dan straight forward. Sedangkan pendidikan adalah pembinaan insan
yang tidak saja melibatkan perkara fisik dan mental tetapi juga hati dan nafsu
karena sesungguhnya yang dididik adalah hati dan nafsu. Oleh karena itu
pendidikan lebih rumit dan susah. Kedua perkara ini harus kita fahami benar dalam
membina insan. Keduanya diperlukan dalam pembinaan pribadi agar pandai berbakti
pada Tuhan dan pada sesama manusia.
Pengajaran adalah proses belajar atau proses
menuntut ilmu. Ada dosen, guru, ustadz yang mengajar atau menyampaikan ilmu
kepada murid yang belajar. Hasilnya murid menjadi pandai, dan berilmu
pengetahuan (‘alim). Pendidikan adalah proses mendidik yang melibatkan
penerapan nilai-nilai. Di dalam pendidikan terdapat proses pemahaman,
penghayatan, penjiwaan, dan pengamalan. Ilmu yang telah diperoleh terutama ilmu
agama dicoba untuk difahami dan di hayati hingga tertanam dalam hati dan dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan menyangkut
tentang akhlak.
Pendidikan antara lain adalah memperkenalkan Tuhan
kepada manusia. Membersihkan hati insan dari sifat-sifat keji (mazmumah) dan
mengisinya dengan sifat-sifat terpuji (mahmudah). Pendidikan juga adalah
mengembalikan hati nurani manusia kepada keadaan fitrah yang suci dan bersih.
Nafsu perlu dikendalikan supaya tidak cenderung kepada kejahatan dan maksiat
tetapi cenderung kepada kebaikan dan ibadah.
Namun, kita tidak bisa mendidik saja tanpa memberi
ilmu, dan begitu juga sebaliknya, kita tidak bisa memberi ilmu saja tanpa
mendidik. Pengajaran tanpa pendidikan akan menghasilkan masyarakat yang pandai
tetapi rusak akhlaknya atau jahat. Masyarakat akan maju di berbagai bidang dan
kemewahan timbul dimana-mana tetapi akan timbul hasad dengki dimana-mana karena
jiwa tiap insannya tidak hidup. Manusia menjadi individual, tidak berkasih
sayang, dan kemanusiaan musnah. Manusia berubah identitas. Fisiknya saja
manusia tetapi perangainya seperti setan dan hewan.
Sebaliknya mendidik saja tanpa memberi ilmu akan
menghasilkan individu yang baik tetapi tidak berguna di tengah masyarakat.
Mendidik tanpa ilmu menyebabkan insan mempunyai jiwa yang hidup tetapi tidak
ada ilmu untuk dijadikan panduan.
Tetapi perlu dipahami bahwa tidak semua orang mampu
mendidik. Ada orang yang berilmu banyak tetapi tidak mampu mendidik tetapi ada
juga orang yang berilmu sedikit tetapi dapat mendidik. Karena peranan
pengajaran ilmu hanya sedikit saja sedangkan selebihnya adalah peranan
pendidikan.
Manusia menjadi jahat bukan karena tidak tahu ilmu.
Jumlah orang bodoh yang jahat hampir sama dengan jumlah orang pandai yang jahat
juga. Bahkan orang pandai yang jahat lebih jahat dari pada orang bodoh yang
jahat, karena orang yang pandai menggunakan kelebihan akal atau ilmunya untuk
kejahatan. Manusia menjadi jahat adalah karena proses pendidikannya tidak tepat
sehingga jiwanya tidak hidup.
Dalam mencari ilmu, seseorang bisa belajar dari
beberapa guru karena hanya ilmu yang kita pelajari. Tetapi, dalam mendidik atau
mencari pendidik, tidak bisa ada lebih dari seorang pendidik. Pendidik yang
sesungguhnya adalah pemimpin, model, sekaligus contoh untuk diikuti. Kalau ada
banyak pendidik maka ibarat seperti masakan yang dimasak oleh beberapa koki.
Dia akan jadi rusak. “ Too many cooks spoil the brook”.
Kemudian dilihat dari segi ilmunya, tidak semua ilmu
mempunyai nilai pendidikan. Ilmu agama khususnya ilmu fardlu ‘ain seperti ilmu
mengenal Tuhan memang untuk mendidik. Sedangkan kebanyakan ilmu akademik
seperti matematika, perdagangan, sejarah, ilmu alam dan lain-lain tidak dapat
untuk mendidik dan sekedar untuk mengajar saja. Meskipun begitu, jika proses
pendidikan berjalan dengan benar sehingga jiwa Tauhid hadir pada diri seseorang
maka ilmu-ilmu akademik akan menambah keyakinannya dan akan menjadikannya
semakin melihat betapa berkuasa dan Maha Hebatnya Tuhan.. Sebaliknya, bagi
pelajar-pelajar yang kosong jiwanya dari mengenal Tuhan, ilmu-ilmu tersebut
hanya akan melalaikan mereka karena mereka tidak mampu mengaitkan apa yang
mereka pelajari dengan Tuhan.
Dalam suatu proses membangun dan membina manusia,
pengajaran dan pendidikan adalah perkara wajib. Namun pendidikanlah yang lebih
diutamakan karena jika pendidikan tidak diutamakan maka akan terbangun
masyarakat yang rusak dan merusakkan. Manusia akan menjadi musuh kepada manusia
yang lain dan kepada Tuhannya.Didiklah manusia lebih dahulu sebelum mengajar
mereka hingga pandai. Jadikan mereka berakhlak sebelum menjadikan mereka
berilmu. Kenalkan Tuhan lebih dahulu sebelum mengenalkan alam semesta beserta
ciptaanNya yang lain. Jadikan mereka sebagai hamba-hamba ALLAH lebih dahulu
sebelum menjadikan mereka sebagai khalifahNya.
Pendidikan Vs Pembelajaran Penyebab utama kehancuran
moral dan etika
Pendidikan Vs Pembelajaran
Penyebab utama kehancuran moral dan etika
Sebuah tulisan rintisan
Secara umum kita sering menyamaratakan antara
pendidikan dengan pembelajaran, namun secara tersirat keduanya sangat berbeda
baik dari segi sifat, kontek, isi dan tujuan.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan proses
penciptaan suatu generasi manusia seutuhnya, baik secara lahiriah maupun
batiniah, ataupun secara keduniaan dan kerohanian (keagamaan), agar tercipta
suatu manusia yang beriman dengan kokoh sesuai dengan agamanya, tangguh, jujur,
bertanggung jawab, cerdas, gigih, pantang menyerah, bermanfaat serta mampu
membantu saudaranya atau manusia lainnya menjadi lebih baik dari dirinya.
Sedangkan pembelajaran merupakan penguasaan
kompetensi, berupa seperangkat tindakan yang cerdas penuh tanggung jawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu; (2) Kemampuan yang dapat
dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan
perilaku, yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwan
pembelajaran merupakan salah satu bagian penyusun pendidikan, sedangkan
pendidikan tidak tersusun hanya oleh pembelajaran saja.
Hancurnya moral dan etika serta norma termasuk norma
agama yang terjadi pada generasi muda kita saat ini atau bahkan kehancuran
moral, etika dan norma pada beberapa manusia saat ini lebih diakibatkan karena
dalam menempuh tingkatan jenjang pendidikan atau sekolah mereka hanya diberikan
dan dituntut terhadap penguasaan terhadap materi pembelajaran saja, yang
djabarkan dalam bentuk ujian tertulis maupun wawancara serta praktek. Begitupun
dalam penerimaan dalam bursa kerja pada suatu tempat yang lebih diutamakan
adalah kemampuan kognitifnya melalui tes tertulis, wawancara atau praktek.
Maka adalah wajar jika pada saat ini sering terjadi
tindakan kejahatan/ pelanggaran terhadap norma, etika dan moral. Betapa banyak
para pelajar atau mahasisswa yang tidak bermoral padahal status mereka pelajar
atau mahasiswa, betapa banyak guru dan dosen yang melanggar etika padahal ....,
begitu juga betapa banyak pejabat dan pengusaha yang tidak mengindahkan norma
padahal mereka ...... jadi sangat dibuthkan komitmen bersama dalam usaha
memperbaiki pembelajaran yang ada agar menjadi sebuah sistem pendidikan yang
akan membentuk manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani, dunia dan
akhirat.